kuturing: Lampu Kilat

Asik Indonesia Kebagian Gerhana Matahari Total Pada 2016

KOBA - Kepala Penelitian dan Pengembangan Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).....

Robot Buatan anak Indonesia Meningkat

JAKARTA - Minat anak muda pada robot semakin meningkat, seiring dengan adanya.....

ATSI Dorong Upaya Penindakan Kejahatan Seksual di Internet

JAKARTA - Organisasi penyelenggara telekomunikasi yang tergabung di.....

100 Juta Pengguna Mengunduh WeChat di Google Play di Seluruh Dunia

JAKARTA – Setelah menjadi aplikasi sosial ternama yang tumbuh paling cepat menurut versi GlobalWebIndext.....

Hunting Silahturahmi mahasiswa photography dan photo talk medan

Terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa photography dan Photo talk yang .....

Tampilkan postingan dengan label Lampu Kilat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lampu Kilat. Tampilkan semua postingan

Senin, 24 Maret 2014

Teknik menggunakan lampu kilat eksternal

Ada beberapa teknik pengunaan lampu kilat yaitu bounce flash, diffuse flash, direct flash, off camera flash.

Teknik bounce flash (pantul)
Tujuan mengunakan teknik ini adalah untuk memantulkan cahaya dari flash ke permukaan yang lebih besar seperti langit-langit atau dinding. Dengan memantulkan cahaya dari flash, maka cahaya ruangan yang ada menjadi lebih merata dan halus. Teknik ini baik digunakan di dalam ruangan dengan langit-langit yang tidak terlalu tinggi.

Teknik Diffuse Light (menyebarkan cahaya)
Tujuannya sama dengan bounce yaitu membuat cahaya lebih merata dan halus. Teknik ini bisa dicapai dengan mengunakan aksesori seperti Gari Fong lightsphere atau stofen omnibounce. Dengan salah satu aksesori ini, kita bisa menyebarkan cahaya ke seluruh arah. Teknik ini baik digunakan di dalam ruangan yang relatif kecil.

Teknik Direct Flash (langsung)
Cara mengunakan teknik ini adalah dengan mengarahkan flash langsung ke subjek. Biasanya hasil dari direct flash cukup kasar, maka dari itu sering dihindari. Tapi kalau kita tidak bisa melakukan teknik bounce atau diffuse karena keterbatasan lingkungan, maka teknik ini bisa dilakukan.

Teknik Off Camera Flash
Tujuan teknik ini adalah untuk menghasilkan cahaya yang tearah pada suatu subjek. Misalnya dalam potret manusia, mengunakan teknik ini dengan benar dapat menghasilkan foto objek seperti tiga dimensi. Untuk mengunakan teknik ini, diperlukan penghubung antara kamera dan lampu kilat. Alat penghubung antara lain seperti kabel sinkronisasi (cable sync flash), atau wireless trigger (alat pemantik nirkabel). Dengan adanya alat penghubung, kamera bisa mengatur satu lampu kilat ataupun beberapa lampu kilat yang disusun dalam beberapa kelompok.  Ada beberapa kamera digital SLR tingkat menengah seperti Nikon D90 dan Olympus E-620 memiliki wireless trigger built-in sehingga tidak memerlukan alat penghubung tambahan. Tapi biasanya, fitur ini ada kelemahannya seperti jangkauan yang pendek dan tidak terlalu bisa diandalkan di setiap situasi.

Sebagai fotografer, kita dituntut untuk bisa menyadari dan memilih teknik terbaik tergantung situasi, kondisi dan hasil yang ingin dicapai.

Peralatan minimal untuk fotografi pernikahan

Fotografi pernikahan dan prewed memang tidak pernah sepi, tapi sekarang makin  popular di kalangan orang Indonesia. Hal ini salah satunya dari perkembangan fotografi digital, yang memungkinkan penyuntingan foto dengan mudah dan berbagi foto melalui media internet sangat mudah dan efisien.
Fenomena inilah yang membuat minat fotografer untuk menekuni foto pernikahan dan pranikah (prewed). Untuk fotografi ini, mungkin Anda bertanya-tanya, apa kira-kira alat yang dibutuhkan?

KAMERA

Minimalnya, Anda memerlukan kamera digital SLR, kenapa bukan kamera saku atau superzoom? karena kamera digital SLR dapat menghasilkan gambar yang lebih baik dan juga auto fokusnya jauh lebih cepat dan akurat. Selain itu, kamera DSLR dengan lensa lebar dapat menghasilkan foto yang bagaikan di dunia fantasi. Lalu jenis kamera mana yang baik? kamera DSLR yang memiliki harga sekitar lima sampai enam jutaan cukup baik. Kalau dana terbatas, lebih baik prioritaskan lensa dan alat-alat lainnya.

LENSA

Biasanya, saat membeli kamera digital SLR, Anda juga otomatis membeli lensa dalam satu paket. Kebanyakan paket tersebut adalah lensa standar zoom. Lensa ini bukan yang terbaik, tapi cukup baik untuk digunakan. Anda juga perlu satu lensa lagi yang memiliki bukaan besar, seperti lensa 50mm atau 85mm. Lensa ini akan Anda pakai untuk foto potret pengantin atau di ruang yang gelap.

LAMPU

Lampu kilat adalah wajib, terutama untuk foto di dalam ruangan. Lampu kilat berkisar antara dua sampai lima juta Rupiah. Memang ada fotografer yang tidak memakai lampu kilat, tapi untuk memakai gaya ini memerlukan alat fotografi yang berat. Belilah lampu kilat yang bisa diputar kepalanya, sehingga Anda bisa mengarahkan lampu.

LAIN-LAIN

Jangan lupa batere tambahan, terutama bila Anda memotret dari pagi sampai malam. Juga siapkan kartu memori yang memadai. Untuk seharian, minimal dibutuhkan antara 20-40 GB.
Itulah alat-alat fotografi minimal yang diperlukan untuk fotografi pernikahan. Lalu, apabila Anda dibayar sebagai profesional, Anda harus mempertimbangkan untuk membeli atau menyewa kamera dan lampu kilat tambahan, untuk menjaga-jaga apabila kamera rusak mendadak. Semoga sukses!

Mengendalikan cahaya lingkungan dengan shutter speed

Saat mengunakan lampu kilat, cara mengendalikan terang gelapnya cahaya lingkungan adalah dengan mengunakan shutter speed. Jika cahaya lingkungan agak lemah, seperti pada sore hari menjelang matahari terbenam, atau hari yang sangat kelabu, kita bisa melambatkan shutter speed supaya cahaya lingkungan lebih terang.

Bagaimana dengan ISO dan Diafragma/Aperture? ISO dan Aperture juga bisa mengendalikan cahaya lingkungan, tapi tidak hanya itu, ISO dan Aperture akan mempengaruhi intensitas flash. Oleh karena itu, jika kita hanya ingin mengendalikan cahaya lingkungan(background) saja, maka gunakanlah shutter speed.

Data teknis foto ISO 200, 85mm, f/4, 1/25 detik. Model: Dewi Nadapdap

Di foto diatas saya coba mengendalikan cahaya lingkungan dengan mengatur shutter speed yang cukup lambat yaitu 1/25 detik. Lampu kilat dipasang kanan dan kiri dengan payung fotografi.  Jika shutter speed saya pasang lebih cepat, misalnya 1/100 detik, latar belakang akan gelap total.

Meskipun shutter speed hanya 1/25 detik, dan saya memakai lensa 85mm, yang biasanya mengakibatkan subjek foto blur karena shutter speed terlalu lambat, [Baca Supaya foto tidak blur] tetapi dalam kasus ini, dengan mengunakan flash, subjek akan tetap tajam, karena lampu kilat yang durasinya sangat pendek (diatas 1/880 detik) akan sukses membekukan subjek.

Memahami mode Nikon speedlite – TTL dan TTL-BL

Nikon flash atau speedlite, punya banyak mode, selain mode otomatis TTL (Through the lens), ada TTL-BL, M (Manual), RPT, GN, AA, FP dan sebagainya.

Kali ini saya ingin membahas sedikit perbedaan mode yang paling populer yaitu TTL dan TTL-BL.
TTL (Through the lens) cara kerjanya yaitu kamera mengukur kuantitas cahaya yang diperlukan untuk menerangi subjek foto secara otomatis melalui lensa. Yang dipentingkan oleh mode ini adalah subjek utama (yang berada dalam fokus) terang. Mode ini tidak memperhitungkan pencahayaan latar belakang. 

TTL-BL (Through the lens – Balance) memperhitungkan seluruh bagian dalam foto, baik subjek utama, maupun latar belakang dari sisi ke sisi, atas bawah. Setelah mengukur semuanya, baru kamera dan flash menentukan setting terbaik supaya latar belakang dan subjek foto seimbang pencahayaannya.

Apabila latar belakang lebih terang dari subjek foto, maka flash akan mengeluarkan cahaya dengan kuantitas yang besar supaya subjek foto terlihat sama terangnya dengan latar belakang.

Sebaliknya, apabila subjek fotolebih gelap dari subjek foto, maka flash akan mengeluarkan cahaya dengan kuantitas yang kecil, sehingga mengimbangi latar belakangnya. Bila mode kamera Anda dalam bentuk auto atau semi auto (Aperture priority (Av/A) atau Shutter priority (S/Sv)), maka kamera akan otomatis menyeimbangkan pencahayaan antara flash dan setting kamera. Hasilnya adalah foto yang terkesan lebih alami dan tidak terlalu keliatan bahwa Anda mengunakan lampu kilat, karena cahaya lampu kilat dan latar belakang telah tercampur.

Setting TTL-BL tidak bisa diaktifkan bila Anda mengunakan spot metering, karena spot hanya mengukur cahaya dititik fokus (sebagian kecil dari foto) saja.

Untuk mengetahui hasilnya, silahkan mencoba sendiri-sendiri :)

Panduan membeli wireless trigger

Wireless trigger adalah aksesoris fotografi yang memungkinkan kita memicu lampu kilat yang tidak diletakkan diatas kamera (off camera flash/strobist). Di kelas fotografi saya, banyak pertanyaan tentang wireless trigger yang direkomendasikan. Saya agak repot menjawab di lokasi karena wireless trigger banyak tipenya. Nah, enaknya dibahas disini ya :)

Jenis wireless trigger

Basic Manual Trigger

Trigger jenis ini memungkinkan kita untuk memicu flash saat kita menjepret foto. fiturnya sangat sederhana, tidak ada fitur tambahan seperti mengelompokkan beberapa flash (grouping) atau mengirimkam sinyal TTL untuk pengukuran cahaya secara otomatis. 

Jenis trigger ini ada yang murah meriah dan ada juga yang premium alias yang kualitasnya tinggi. Bedanya, yang murah meriah kadang-kadang macet, jaraknya tidak jauh dan tidak tahan banting. Yang premium jaraknya lebih jauh, tahan banting dan jarang macet.

Contoh murmer: YongNuo RF602, PT 40 NE harga sekitar 200-300rb sepasang
Contoh premium: PocketWizard Plus, Phottix Atlas harga sekitar 2-3 juta sepasang

Grouping trigger

Wireless trigger jenis ini memungkinkan kita mengelompokkan lampu kilat. Ini berguna jika kita memiliki beberapa lampu kilat dan ingin melihat efek dari lampu kilat secara individu atau kelompok. Trigger ini membuat fotografer yang memakai beberapa lampu tidak repot harus buka-tutup flash satu persatu.
Contoh murmer: Phottix Strato II harga sekitar 800rb sepasang
Contoh premium:  PocketWizard Plus III harga sekitar 2.5 juta sepasang

TTL pass through trigger

Trigger jenis ini memungkinkan kamera mengirimkan sinyal TTL (pengukuran pencahayaan otomatis) melewati trigger ke kamera yang dipasang di atas trigger. Agak bingung? coba lihat ilustrasi dibawah.
Contoh: Phottix Strato II

Phottix Strato diantara kamera dan flash

TTL radio trigger

Trigger jenis ini menyiasati supaya kamera berpikir flash diatas kamera. Akibatnya, sinyal TTL dari kamera bisa langsung ke flash. Trigger yang berkualitas akan memungkinkan kita mengatur rasio pencahayaan antara beberapa lampu kilat atau kelompok lampu kilat. Yang murah meriah biasanya hanya memungkinkan kita mengatur satu kelompok lampu kilat. Yang premium memungkinkan high-speed sync, fitur canggih yang biasanya dipakai untuk mengunakan flash dengan shutter speed yang sangat cepat.

Contoh: Phottix Odin, Pocketwizard ControlTL (Flex TT5 & Mini TT1) Harganya 3-4 jutaan satu set

Yang mana yang paling bagus? ya tergantung kebutuhan. Rekomendasi saya jika mampu, jangan pelit-pelit beli yang bagusan. Kalau belum mampu dan tidak membutuhkan fitur yang canggih, ya pilih yang basic saja, lumayan untuk belajar. Jangan lupa, sebelum membeli cek dulu apakah kamera dan flash Anda cocok digunakan (kompatibel). Selamat berbelanja!

Apa itu GN (Guide Number) Flash

Di flash photography, cahaya dari flash digunakan untuk menerangi subjek. Kemampuan flash menerangi subjek terbatas kekuatan dan jaraknya. Semakin tinggi angka GN-nya, semakin kuat flashnya.
Rumus:

Guide number (GN) = jarak (meter) × bukaan (f-number)


dengan kata lain:

Bukaan = jarak/GN
Jarak = GN/bukaan

Dengan mengunakan guide number, kita dapat menghitung jarak subjek yang optimal atau bukaan yang dibutuhkan. jika GN flash 60 di ISO 100 dan bukaan diset ke f/8, subjek pasnya berada di 7.5 meter dari flash (di dapat dari 60 dibagi 8) saat kekuatan flash diatur dengan kekuatan penuh. Jika subjek berada lebih dari 7.5 meter, subjek akan terlihat gelap.

Ingat, rumus ini hanya berlaku hanya saat flash diarahkan langsung ke subjek, tidak berlaku lagi jika memasang lighting modifier seperti payung, snoot, softbox dan sebagainya. Juga tidak berlaku saat kepala flash diarahkan ke langit-langit.

Meningkatkan ISO akan meningkatkan GN. Menaikkan ISO memungkinkan untuk menerangkan subjek di jarak yang lebih jauh. Dari ISO 100 ke 200, GN bertambah 1.4 X, sedangkan dari 100 ke 400, GN bertambah 2 X, dan seterusnya.

Kamera DSLR rata-rata memiliki flash yang sudah terpasang, tapi biasanya GN-nya kecil (sekitar 6-12). Flash eksternal biasanya memiliki GN yang lebih besar, yaitu sekitar 35-80.Untuk memotret di tempat gelap seperti resepsi wedding, disarankan menggunakan flash dengan GN yang relatif tinggi.

guide-number-flash
 
Di flash Nikon SB700 terdapat mode GN, dimana kita bisa mengeset jarak objek dan kamera akan otomatis menentukan kekuatan flash, bukaan dan ISO yang sesuai. Tapi mode ini biasanya jarang dipakai karena mode otomatis TTL  yang tidak perlu mengira-ngira jarak objek lebih praktis.

Tips foto model : Mengunakan flash / strobist

Foto ini dibuat saat workshop portrait model di rumah akar, kota tua. Minggu itu seharian turun hujan. Saat tiba, hujan masih turun, tidak begitu deras tapi cukup untuk membuat kita basah kuyub. Biasanya di awal workshop kita selalu mengunakan cahaya matahari alami terlebih dahulu. Karena kondisi tidak ideal untuk praktik mengunakan cahaya matahari, maka itu saya mengajari tentang penggunaan flash terlebih dahulu.

Untuk backgroundnya, saya memilih salah satu dinding yang ada di rumah akar, yang atapnya tidak bocor oleh air hujan tentunya. Lalu menempatkan model di depannya. Saya memberikan jarak sekitar 1.5 meter supaya cahaya flash yang akan mengenai subjek foto dan bayangan yang ditimbulkannya tidak bocor ke latar belakang.

85mm, f/4, 1/125, ISO 320 - Flash Nikon SB900 1/8 power, SB600 untuk background 1/16.
85mm, f/4, 1/125, ISO 320 – Flash Nikon SB900 1/8 power, SB600 untuk background 1/16. WB : Flash (sekitar 5500K) – Talent:  Intan Shofi

Seperti diagram dibawah, flash saya dudukan di lightstand, lalu saya arahkan ke payung pantul softbox. Supaya dinding background terang juga, saya memasang flash kedua dengan tenaga sedikit lebih lemah, dan memasangkan payung transparan/shoot supaya lebih menyebar. Di sebelah kanan saya meminta asisten untuk memegang reflektor dengan permukaan perak. Tujuannya supaya pencahayaan antara kiri dan kanan tidak terlalu kontras (berbeda terang gelapnya).

Dengan adanya flash, saya agak kuatir kalau cahaya lingkungan redup, karena saya malah gak mengunakannya.Hasil foto juga terlihat lebih tajam dan kontras. Kuncinya adalah meletakkan flash di luar kamera dan mengunakan payung untuk melembutkan cahaya. Jika dipasang diatas kamera dan diarahkan langsung, mustahil mendapatkan foto yang terlihat alami dan lembut.

Setelah diperiksa di komputer, ternyata bagian wajah agak sedikit terlalu terang. Hal ini terjadi karena warna kulit foto model jauh lebih putih daripada kostumnya yang berwarna gelap. Maka saya gelapkan sedikit bagian wajah supaya lebih seimbang.

Bagi yang mencari lightstand, adaptor, payung fotografi, atau aksesoris dasar off-camera flash photography/strobist bisa mendapatkannya dari ranafotovideo bagian strobist.

workshop-strobist-model

Menerjemahkan istilah sistem wireless flash kamera Canon

Mengunakan fasilitas wireless flash Canon yang tersedia diberbagai kamera DSLR Canon bisa jadi membingungkan karena Canon mengunakan banyak kode, simbol dan istilah yang cukup banyak. Tanda baca sederhana seperti + dan : memiliki arti yang berbeda dan penting untuk dipahami.

Sistem wireless flash ini menarik karena sudah terpasang di hampir semua kamera DSLR Canon dari yang kamera pemula seperti Canon 600D sampai kamera canggih terbaru. Sistem wireless ini mengunakan built-in flash yang terpasang diatas kamera untuk memicu (trigger) flash Canon atau yang compatible dengan sistem wireless ini.

Berikut ini berbagai istilah yang akan Anda temui saat mencoba mengatur fungsi flash Canon
  • Flash control: menu flash yang biasanya terletak di menu halaman pertama.
  • Built-in flash: lampu kilat yang terpasang di atas kamera.
  • Speedlite: Lampu kilat eksternal seperti 580EX, 600RT, 430EX dst.
  • Master: Speedlite yang memberikan instruksi kepada speedlite lain yang di set sebagai Slave. Instruksi diberikan dengan kilatan cahaya. Speedlite master selalu berada di group A.
  • Slave: Speedlite yang diletakkan diluar kamera dan siap menerima perintah dari Master/built-in flash
  • Channel: Semua speedlite harus berada di channel yang sama supaya bisa berkomunikasi
  • E-TTL : electronic – through the lens = sistem pengukuran kekuatan flash otomatis
  • Group / Slave ID : Jika Anda ingin menentukan kekuatan flash yang berbeda satu sama lain, masukkan flash ke group
  • Rasio: Perbandingan kekuatan group flash yang satu dengan yang lain.
  • A:B —Sistem dua kelompok, bisa E-TTL atau Manual.
  • A:B C —Sistem tiga grup, semua flash dikendalikan dengan otomatis (E-TTL). Perhatikan ada spasi antara B dan C.
  • A:B:C —Sistem tiga grup, semua flash kekuatannya dikendalikan secara manual satu persatu. Perhatikan ada tanda : diantara B dan C.
  • A+B+C— Sistem satu grup yang menembakkan flash dengan kekuatan yang sama tidak peduli flash tersebut termasuk kelompok A, B atau C.
flash-canon

Simbol ini biasanya ditemukan di speedlite Canon 580 EX. Adanya garis-garis di sebelah simbol flash disebelah kiri atas menandakan flash yang bertindak sebagai Master akan menembakkan lampu kilat dan akan mempengaruhi exposure/hasil gambar. Sedangkan yang kiri bawah berarti flash yang bertindak sebagai Master akan menembak, tapi tidak akan mempengaruhi hasil gambar.

canon-wireless-flash-func

Keterangan dari atas kebawah
  • Disable: Berarti fungsi wireless dimatikan.
  • Flash dan built-in flash akan bersama-sama menembakkan lampu kilat dalam rasio kekuatan tertentu dan akan mempengaruhi kualitas gambar
  • Hanya kilatan speedlite/flash yang mempengaruhi kualitas gambar, built-in flash hanya memberikan instruksi saja.
  • Flash dan built-in flash sama-sama akan menembak dan mempengaruhi kualitas gambar. Kita dapat menentukan kekuatan speedlite dan built-in flash secara terpisah

Teknik Lampu kilat : OFF camera flash

Di banyak kesempatan, terutama saat kita membuat foto potret baik perorangan ataupun kelompok, teknik off camera flash ini cukup penting untuk membuat foto kita lebih baik. Teknik ini cukup sederhana, kuncinya adalah lampu kilat di kamera Anda harus dilepas dari kamera dan diarahkan ke langit-langit.

Nah, lalu karena lampu kilat itu terlepas dari kamera, Anda perlu cara untuk mengkomunikasi antara lampu kilat dengan kamera, untuk itu Anda perlu fitur wireless flash trigger/commander. Bila kamera Anda tidak memiliki fitur ini, Anda mau tidak mau harus membeli alat tambahan seperti cable sync flash atau radio wireless trigger untuk menghubungkan antara kamera dan flash. Bila kamera Anda punya fitur ini, maka tinggal pakai built-in flash (lampu kilat kecil di kamera) sebagai alat pengontrolnya. Beberapa kamera yang sudah memiliki fitur ini adalah Nikon D90, D300, D300s, D200, Olympus E-620, Canon 7D dan lain lain.

Bila kita memotret dengan mengunakan lampu kilat yang diarahkan secara langsung ke wajah orang,  maka foto yang dihasilkan akan datar. Selain itu bayangan yang dihasilkan kasar dan terlihat jelas di latar belakang. Lebih dari itu, terlihat pantulan sinar dari wajah subjek foto.

Foto dengan mengunakan lampu kilat yang langsung diarahkan ke subjek foto
Foto dengan mengunakan lampu kilat yang langsung diarahkan ke subjek foto

Bila mengunakan teknik OFF camera flash ini, foto wajah akan terlihat lebih alami, terlihat memiliki tiga dimensi, dan bayangan juga jatuh ke bawah sehingga tidak mengganggu.

Dengan mengunakan teknik off camera flashDengan mengunakan teknik off camera flash
 
Catatan: Pastikan langit-langit berwarna putih karena bila tidak, warna foto akan terkontaminasi dengan warna langit-langit.

Mengunakan lampu kilat kamera yang baik dan benar bagian I

Lampu kilat yang ada di dalam kamera saku atau DSLR dapat menghasilkan foto yang bagus bila kita mengetahui cara memakainya dengan baik. Di lain pihak, lampu eksternal seperti speedlite flash yang besar, bisa menjadi bumerang bila kita tidak tahu cara memakainya.

Kesalahan utama yang saya perhatikan terutama adalah dalam memposisikan objek. lampu kilat biasanya memiliki jangkauan yang terbatas, dan tergantung pada jenis kamera. Kamera saku biasanya memiliki kekuatan dan jangkauan yang lebih pendek daripada kamera digital SLR. Untuk itu, saya sarankan untuk mencobanya di rumah untuk mengetahui berapa jarak optimal lampu kilat Anda.

Untuk kamera digital SLR, biasanya jangkauan yang optimal sekitar satu sampai tiga meter. Bila objek Anda berada dibawah 1 meter, maka foto akan overexpose / terlalu terang, sedangkan kalau lebih jauh dari tiga meter, foto akan underexpose atau terlalu gelap. Maka dari itu mengukur atau memperkirakan jarak cukup penting.

Hal lain yang penting diperhatikan terutama bila kita mengambil foto banyak objek seperti mengambil foto banyak orang. Supaya wajah-wajah orang-orang terangnya sama, jarak antara lampu kilat ke tiap orang juga harus sama.

Contoh diagram:
Posisi objek diantara 1-3m atau jarak ideal lampu kilat dan juga jarak antara tiap objek/orang ke lampu kilat sama panjang
Posisi objek diantara 1-3m atau jarak ideal lampu kilat dan juga jarak antara tiap objek/orang ke lampu kilat sama panjang

Bandingkan dengan diagram dibawah ini:

diagram-lampu-kilat-02
Ada beberapa orang terlalu dekat dengan flash, ada pula dua orang terlalu kebelakang. Jarak antara tiap orang dengan lampu kilat tidak sama, sehingga hasil foto tidak baik

Contoh diatas menunjukkan bahwa jarak lampu kilat ke tiap orang berbeda, sehingga ada orang yang terlalu terang, ada yang pas dan ada yang gelap.
Contoh foto dibawah, saya mengunakan lampu kilat, perhatikan bahwa foto anak2 wajahnya jauh lebih terang daripada pemusik yang berada agak dibelakang karena saya mengabaikan aturan main diatas.


Demikian tips saya hari ini mengenai lampu kilat, nantikan bagian kedua. Semoga membantu.

Mengunakan lampu kilat kamera yang baik dan benar bagian II

Seringkali saat kita berada di tempat yang gelap seperti malam hari atau di dalam ruangan, kita terpaksa mengunakan flash. Tapi hasil dari mengunakan flash biasanya cukup mengecewakan. Tidak hanya terlihat tidak alami, tapi juga latar belakang biasanya menjadi hitam legam. Untung ada dua mode di dalam kamera Anda yang bisa membantu mengatasi hal ini.

Cari di panduan bila tidak tahu cara mengubah mode flash
Pertama adalah Slow sync flash. Saat mengunakan mode ini, kamera akan memperlama bukaan (slow shutter speed) sehingga semakin banyak cahaya lingkungan (ambient light) yang masuk ke dalam sensor. Akibatnya, di banyak kasus, foto akan terlihat lebih alami dan latar belakang menjadi lebih terang. Mode ini baik dipakai terutama untuk pemandangan malam atau di ruangan yang gelap.

Dalam mengunakan mode ini, kita harus memperhatikan beberapa faktor. Yang terpenting adalah kita harus usahakan menghindari blur entah dengan mengunakan tripod atau mengunakan lensa atau kamera yang memiliki image stabilization. Faktor kedua berkenaan dengan warna (white balance) yang akan saya bahas dikemudian hari.

Contoh potret mengunakan slow sync flash
Contoh potret mengunakan slow sync flash - sumber: Photography Savvy

Mode yang kedua yaitu Rear curtain sync. Bila mengaktifkan mode ini, kamera akan otomatis menginstruksikan kamera membuka sensor cukup lama sesuai kondisi cahaya di ruangan. Sedikit berbeda dengan Slow sync, Rear curtain sync akan menangkap gerakan subjek foto dan kemudian akan menembakkan flash sesaat sebelum kamera menutup sensor untuk membekukan foto.  Aplikasi rear curtain flash yang biasa ditemukan yaitu untuk menangkap gerakan-gerakan orang yang sedang menari atau subjek lainnya.
Contoh teknik rear curtain flash. Gerakan penari terekam dan kemudian penari tersebut dibekukan sesaat sebelum kamera menutup sensor
Contoh teknik rear curtain flash. Gerakan penari terekam dan kemudian penari tersebut dibekukan sesaat sebelum kamera menutup sensor. Foto oleh denislim

Dalam mode slow sync, kamera menembak flash sesaat setelah kamera membuka sensor, sedangkan di rear curtain sync, kamera menembak flash sesaat sebelum kamera menutup sensor.

Dari sifat yang ditunjukkan pada hasil foto diatas, maka bisa disimpulkan bahwa shutter speed menentukan berapa banyak cahaya lingkungan yang masuk.

Mungkin bagi beberapa orang materi ini cukup berat untuk dicerna, maka dari itu, cobalah di praktekkan, dengan praktek, pengertian tentang mekanisme flash ini akan lebih mudah dimengerti. Selamat mencoba!

Beli lensa atau beli lampu kilat / flash?

Salah satu pertanyaan menarik yang saya dapat dari komentar di blog ini adalah apakah lebih baik membeli flash dulu atau membeli lensa yang lebih baik kualitasnya daripada lensa kit (lensa bawaan saat membeli kamera untuk pertama kali).

Apa yang saya baca dari laman InfoFotografi di facebook, jauh lebih banyak yang memprioritaskan lensa daripada lampu kilat. Saya sendiri pada awalnya juga begitu. Dahulu, saya sering ditugaskan sebagai fotografer dokumentasi acara. Saya pikir lensa yang berkualitas tinggi dan berbukaan besar akan bisa memecahkan masalah saya. Tapi lensa sendiri, baik yang kualitasnya tinggi sekalipun, gagal memecahkan masalah saya dalam pencahayaan.

Seringkali di ruangan, cahaya lingkungan bercampur baur dari cahaya dari lampu di dalam ruangan yang kadang berwarna tidak sama, dan matahari dari luar yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Selain itu, cahaya di dalam ruangan biasanya sangat sedikit, sehingga meski saya mengunakan lensa dengan bukaan sangat besar pun masih harus menaikkan ISO cukup tinggi, akibatnya kualitas foto menurun karena noise yang tinggi dan saturasi warna yang hilang.

Canon Speedlite 430 EX lampu kilat pertama saya yang merupakan investasi yang sangat baik
Canon Speedlite 430 EX lampu kilat pertama saya yang merupakan investasi yang sangat baik

Setelah menghabiskan puluhan juta untuk membeli lensa, akhirnya saya membeli lampu kilat pertama saya yang seharga dua jutaan. Dengan lampu kilat ini, kualitas foto saya secara konsisten meningkat dari acara ke acara.

Dari sini saya menyadari bahwa, mengandalkan lensa dan cahaya lingkungan semata, sering sekali sulit mendapatkan hasil foto sesuai dengan yang kita inginkan. Maka dari itu, lampu kilat merupakan suatu investasi yang sangat baik untuk saya.

Beberapa tahun belakangan ini, saya semakin menyadari bahwa dengan mengunakan lampu kilat, saya bisa belajar banyak tentang pencahayaan (salah satu pilar utama fotografi) dan saya berharap membeli lampu kilat jauh-jauh hari sebelumnya.

Lalu kenapa sebagian besar dari kita berbondong-bondong memilih lensa berkualitas tinggi daripada lampu kilat? Ada beberapa asumsi yang terbersit di benak saya diantaranya:
  • Lampu kilat apalagi lampu studio itu mahal
  • Lampu kilat susah dipakai (tekniknya sulit dipelajari)
  • Sulit mendapatkan foto yang alami dengan lampu kilat

Sebenarnya asumsi itu tidak semuanya benar, misalnya lampu kilat itu sebenarnya tidak begitu mahal relatif dibandingkan dengan lensa dengan kualitas tinggi yang lebih dari 10 juta rupiah. Dengan 10 juta, Anda bisa mendapatkan 2 set lampu studio lengkap dengan payung, tas, dan sebagainya (buatan Cina tentunya hehe). Lampu kilat portable (yang bisa dipasang di atas kamera) rata-rata hanya dua jutaan per lampu.

Lalu, apakah lampu kilat susah dipakai? Nah untuk yang ini saya rasa ada benarnya. Bila kita mengunakan lampu kilat, eksposur cahaya tidak hanya bergantung pada bukaan, shutter speed dan ISO saja, tapi sudah ada variabel baru yaitu kekuatan flash, jarak flash terhadap subjek dan overlap antara cahaya flash dan cahaya lingkungan.

Dan apakah memakai flash membuat foto kelihatan tidak alami? Nah ini tergantung, flash bisa merusak foto bila tidak digunakan dengan baik, tapi akan menjadi luar biasa bila digunakan dengan benar. Untuk ini memang harus di pelajari tekniknya (lihat poin diatas).

Balik ke topik utama
Siapa yang memerlukan lensa, siapa memerlukan flash? Saya pikir ini balik lagi ke kepribadian dan jenis foto yang disukai:
  • Bila Anda menyukai suka foto di luar ruangan secara alami seperti pemandangan/landscape, street photography maka kemungkinan besar flash bukan aksesoris yang penting. Aksesoris seperti tripod yang kokoh, atau filter yang berkualitas mungkin lebih penting.
  • Bila Anda menyukai bekerja di dalam ruangan (studio) sehingga bisa bekerja kapan saja baik siang, malam, subuh, dan menyukai kemampuan mengendalikan pencahayaan secara total maka investasi ke sistem lampu kilat lah yang lebih penting daripada lensa.
  • Ada juga yang suka-dua-duanya atau campuran, yaitu fotografer yang menyukai mengunakan cahaya alami dan dipadu dengan lampu kilat. Untuk golongan ini, saya sarankan untuk mengatur dana yang cukup seimbang untuk lensa dan lampu kilat.

Kapan mengunakan lampu kilat?

Flash atau lampu kilat merupakan alat yang bisa membantu bila digunakan secara benar dan bisa juga menjadi alat perusak gambar bila digunakan secara sembrono. Lampu kilat secara umum digunakan untuk menerangi subjek foto di kondisi lingkungan yang gelap. 

Kegunaan lain yang tidak kalah penting adalah sebagai “fill flash” atau penerang bayangan. Contoh: misalnya kita ingin mengambil gambar potret seseorang, tapi cahaya yang kuat datang dari arah belakang orang tersebut, maka kita perlu mengunakan lampu kilat supaya orang tersebut menjadi terang dan jelas.

Ada beberapa jenis lampu kilat. Pertama built-in flash atau yang biasa terdapat dalam kamera. Ada juga lampu kilat eksternal. Lampu kilat ini lebih kuat dayanya. Penyebaran cahaya juga lebih baik karena ukuran permukaan lampu kilat eksternal ini juga lebih besar. Keunggulan lain yaitu lampu kilat ini bisa diarahkan sesuai dengan keinginan kita, bahkan bisa dipisahkan dari kamera atau istilahnya off camera flash.

Artikel terbaru

Berita Handphone

More on this category »

Berita Internet & Web

More on this category »

Teknik Hacking

More on this category »

Berita Robot

More on this category »

Berita Pemrograman

More on this category »

Berita kamera

More on this category »