CALIFORNIA - Microsoft mengklaim membebaskan sedikitnya 4,7 juta PC Windows dari kontrol hacker. Microsoft mengungkap sebuah operasi pekan lalu bersama dengan Digital Crimes Unit.
Dilansir Computing, Minggu (13/7/2014), menurut Microsoft, sebaran PC Windows terbesar berada di India, diikuti oleh Pakistan, Mesir, Brasil, Aljazair dan Meksiko. Malware yang ditargetkan Microsoft dikenal dengan nama Bladabindi dan Jenxcus.
Malware ini kabarnya didistribusikan oleh sebuah jaringan developer yang berbasis di Kuwait dan Aljazair. Kabarnya, operasi ini dimulai pada 30 Juni setelah perusahaan mendapatkan perintah pengadilan federal untuk melanjutkan operasi.
"Ada sekira 400 juta korban kejahatan cyber setiap tahun. Dan, kejahatan cyber (menghasilkan) biaya bagi konsumen USD113 miliar per tahun," kata David Finn, Asosiasi Penasihat Umum untuk Digital Crimes Unit, Microsoft.
Lebih lanjut ia mengatakan, tidak ada satu negara tunggal, bisnis atau organisasi yang bisa menangani keamanan cyber dan ancaman cyber cryme. "Itulah mengapa kami investasi dalam membawa partner, lembaga penegak hukum, mitra dan pelanggan ke dalam pusat ini untuk bekerja bersama kami," tambahnya.
Digital Crimes Unit mengungkapkan, ada korelasi tinggi antara software bajakan atau palsu dan malware. Software tersebut bisa membawa malware oleh seseorang yang melakukan 'crack' dan mendistribusikannya.
Dilansir Computing, Minggu (13/7/2014), menurut Microsoft, sebaran PC Windows terbesar berada di India, diikuti oleh Pakistan, Mesir, Brasil, Aljazair dan Meksiko. Malware yang ditargetkan Microsoft dikenal dengan nama Bladabindi dan Jenxcus.
Malware ini kabarnya didistribusikan oleh sebuah jaringan developer yang berbasis di Kuwait dan Aljazair. Kabarnya, operasi ini dimulai pada 30 Juni setelah perusahaan mendapatkan perintah pengadilan federal untuk melanjutkan operasi.
"Ada sekira 400 juta korban kejahatan cyber setiap tahun. Dan, kejahatan cyber (menghasilkan) biaya bagi konsumen USD113 miliar per tahun," kata David Finn, Asosiasi Penasihat Umum untuk Digital Crimes Unit, Microsoft.
Lebih lanjut ia mengatakan, tidak ada satu negara tunggal, bisnis atau organisasi yang bisa menangani keamanan cyber dan ancaman cyber cryme. "Itulah mengapa kami investasi dalam membawa partner, lembaga penegak hukum, mitra dan pelanggan ke dalam pusat ini untuk bekerja bersama kami," tambahnya.
Digital Crimes Unit mengungkapkan, ada korelasi tinggi antara software bajakan atau palsu dan malware. Software tersebut bisa membawa malware oleh seseorang yang melakukan 'crack' dan mendistribusikannya.
0 komentar:
Posting Komentar