LONDON - Studi yang dilakukan
University College London (UCL) menemukan bahwa e-cigarettes bisa
membantu orang berhenti merokok. Mereka melakukan penelitian ini selama
lima tahun, mulai dari 2009 hingga 2014.
Dilansir Theregister, Kamisd (22/5/2014), peneliti di UCL dengan pendanaan dari Cancer Research Inggris melakukan survei yang melibatkan lebih dari 5.800 perokok. Perokok ini berkeinginan untuk berhenti dari kebiasaan merokok.
Peneliti akan memperhitungkan sejumlah besar faktor seperti usia, ketergantungan nikotin, usaha berhenti merokok sebelumnya secara bertahap atau tiba-tiba. Hasil survei menunjukkan, rokok elektronik ini bisa mendukung seseorang untuk berhenti merokok dibandingkan mereka yang menggunakan metode permen karet.
Neal Benowitz dari University of California mengungkapkan, laporan hasil survei ini penting karena diskusi mengenai rokok elektronik sebagai alat berhenti merokok dianggap anekdot atau guyonan.
Pengguna perangkat rokot inovatif ini bisa menghisap dosis nikotin yang diuapkan dari perangkat bertenaga baterai, yang terlihat seperti rokok. Menurut studi Journal of Public Health Policy, tingkat karsinogen (penyebab kanker) dalam uap rokot elektronik ini sekira seperseribu ketimbang asap rokok normal.
Menurut sumber dari Centres for Disease Control and Prevention, jumlah konsumen rokok elektronik tidak mengalami peningkatan signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa asap rokok elektronik lebih berbahaya.
Data statistik menunjukkan, lebih dari setengah yang menderita keracunan akibat rokok elektronik adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Selain itu, 42 persen dari usia dewasa di atas 20 tahun mengidap racun dari rokok elektronik.
Dilansir Theregister, Kamisd (22/5/2014), peneliti di UCL dengan pendanaan dari Cancer Research Inggris melakukan survei yang melibatkan lebih dari 5.800 perokok. Perokok ini berkeinginan untuk berhenti dari kebiasaan merokok.
Peneliti akan memperhitungkan sejumlah besar faktor seperti usia, ketergantungan nikotin, usaha berhenti merokok sebelumnya secara bertahap atau tiba-tiba. Hasil survei menunjukkan, rokok elektronik ini bisa mendukung seseorang untuk berhenti merokok dibandingkan mereka yang menggunakan metode permen karet.
Neal Benowitz dari University of California mengungkapkan, laporan hasil survei ini penting karena diskusi mengenai rokok elektronik sebagai alat berhenti merokok dianggap anekdot atau guyonan.
Pengguna perangkat rokot inovatif ini bisa menghisap dosis nikotin yang diuapkan dari perangkat bertenaga baterai, yang terlihat seperti rokok. Menurut studi Journal of Public Health Policy, tingkat karsinogen (penyebab kanker) dalam uap rokot elektronik ini sekira seperseribu ketimbang asap rokok normal.
Menurut sumber dari Centres for Disease Control and Prevention, jumlah konsumen rokok elektronik tidak mengalami peningkatan signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa asap rokok elektronik lebih berbahaya.
Data statistik menunjukkan, lebih dari setengah yang menderita keracunan akibat rokok elektronik adalah anak-anak di bawah usia lima tahun. Selain itu, 42 persen dari usia dewasa di atas 20 tahun mengidap racun dari rokok elektronik.
0 komentar:
Posting Komentar