Sore itu, saya bersama teman saya yang berprofesi sebagai aktor,
mengunjungi sebuah studio wedding bernama Paper Crane di daerah North
Sydney. Paper Crane merupakan penyedia jasa wedding videografi di
Sydney, dan menurut saya mereka yang terbaik di Sydney. Yang punya orang
Indonesia lho, yaitu Susanto. Tujuan kunjungan kami hanya sekedar
silaturahmi saja, karena teman saya udah lama tidak bertemu dengan
pemilik Paper Crane. Kami pun ngobrol santai seputar pemenang piala
Oscar, sampai film Schindler’s list. Entah pada obrolan titik mana, saya
ditanya Susanto dengan satu pertanyaan menohok, “Wiwid, what is your
ultimate goal?” Dia bertanya dengan nada yang cukup serius. Saya terdiam
beberapa saat memikirkan jawabannya, karena bukan sekedar goal/target,
tapi ultimate goal. Akhirnya saya menjawab “saya pengen keliling dunia
dengan fotografi…” Jawaban yang sebenarnya terbesit saat obrolan itu.
Manusia yang memiliki profesi, apapun itu, pasti memiliki target
dalam lingkungan kerjanya. Jika anda bekerja dalam sebuah perusahaan,
maka target tersebut lebih sering di tentukan oleh perusahaan. Contoh
paling simple adalah seorang Marketing yang di tekan oleh sebuah
perusahaan untuk mencapai angka target penjualan tertentu. Lain halnya
seorang fotografer freelance. Target yang ingin dicapai merupakan ambisi
pribadi, yang didukung oleh unsur-unsur ambisi, dedikasi, pengembangan
diri serta ekonomi.
Jawaban saya atas pertanyaan Om Santo yang sesaat merupakan sebuah
kesalahan, karena target seorang pekerja kreatif harus ditentukan,
dituliskan, dinyatakan dan disematkan didalam hati. Dia menyarankan
bahwa sebagai seorang manusia kreatif, target harus di tentukan terlebih
dahulu, lalu menentukan caranya untuk meraih target tersebut. Logika
berpikir mundur adalah jalan untuk meraih target tersebut. Saran om
Santo untuk berpikir mundur juga diajarkan di sekolah saya. “Thinking
backward will help you to redefine the way how you will reach your
goals”, ujar dosen pengajar Professional Practices.
Untuk mencapai target jangka panjang, diperlukan target-target jangka
menengah dan jangka pendek. Target dadakan yang saya jawab di atas,
Keliling dunia, merupakan contoh target jangka panjang. Namun bisa jadi
target tersebut menjadi target jangka pendek atau menengah. Penentuan
jenis target sangat tergantung pribadi anda sendiri. Saya bisa
mencontohkan guru favorit saya, Tania. Dia merupakan seorang fotografer
sekaligus seniman. Keliling dunia dia tempatkan pada target jangka
menengah, karena saat ini dia sering keliling dunia untuk melakukan solo
exhibition, baik di New York, Israel, maupun di Sydney.
Dia bisa menjadi seperti itu karena keuletannya menghasilkan karya
baru. Sebagai wujud kecintaannya terhadap fotografi Tania mengambil
sekolah master di bidang fine art. Pameran pernah di jalani, mengajar
adalah bentuk dedikasinya terhadap fotografi, namun apakah Tania
berhenti sampai di sini saja? Ternyata tidak. Suatu malam setelah
pameran akhir angkatanku, Tania mengajak saya dan 1 teman saya untuk
dinner.
Sembari bercanda ini itu, Tania bertanya kepadaku, “I really want to
know what is your goal in this life?”Saya pun menjawab dengan tegas, “I
want to have my own private photography school, the best one, and travel
around the world with my lovely little family…” Lalu dia menimpali
“That’s really good, you know what? Right now I’m thinking someday I
will get my MUSEUM”. Tania ingin memiliki sebuah Museum, yang lengkap
dengan fasilitas kantor, studio serta galeri. Apakah target Tania bisa
dikatakan gila?
Satu pengalaman yang sangat berharga yang saya dapat di Sydney adalah
visi fotografer di sini sudah melihat jauh ke depan. Target mereka bisa
saya katakana gila semua. Namun justru kegilaan tersebut yang akhirnya
membuahkan hasil yang luar biasa.
Dan sekarang saya bertanya kepada para fotografer, “Apakah goal anda
dapat dicapai melalui fotografi?” Jawabnya “Yes, you can…” seperti foto
dibawah ini
0 komentar:
Posting Komentar