Yang sering menjadi kendala utama fotografer pemula adalah kendala
teknis. Banyak yang tidak mengetahui dasar dan tidak mengenal kameranya
dengan baik. Saya pikir ini penting sekali untuk diatasi sebelum
melangkah lebih jauh. Dengan menguasai aspek teknis, kita bisa membuat
foto yang kita inginkan.
EXPOSURE / PENCAHAYAAN
Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter speed) dan sensitivitas sensor (ISO).
Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat sering saya dapatkan adalah mode kamera
apa yang saya harus pakai. Bagi yang memahami prinsip pencahayaan,
tentunya lebih cenderung memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av)
atau Shutter Priority (S/Tv).
Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P) mode atau scene
modes seperti landscape mode (yang gambarnya seperti gunung) atau
portrait mode (yang gambar wajah orang dari samping)? Apakah boleh
memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami pencahayaan, tapi bila
telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi mode-mode tersebut.
Saya sendiri menyukai Aperture Priority, karena saya bisa fokus dalam mengendalikan berapa kabur latar belakang foto.
Mempelajari pencahayaan ibaratnya seperti belajar mobil
manual, berenang atau belajar naik sepeda. Pertama-tama rasanya susah
sekali, tapi kalau sudah memahami dan disertai praktek yang teratur,
segalanya akan menjadi lancar. Setelah memahami hal ini, hasil hasil
foto-foto Anda akan lebih konsisten.
EXPOSURE COMPENSATION / KOMPENSASI
Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu diperhatikan
terutama fotografi digital adalah menghindari pencahayaan berlebih
sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan banyak detail yang
hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk mengecek apakah foto
kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD atau histogram.
Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih banyak
warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah menafsirkan,
sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa mengakalinya
dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.
Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur cahaya
/metering yang aktif dan jenis kamera. Saran saya coba-coba saja sampai
menemukan pencahayaan yang optimal.
MENCEGAH FOTO KABUR / GOYANG
Dua faktor foto kabur atau goyang adalah salah fokus atau shutter
speed kurang tinggi. Untuk masalah auto fokus, jangan mengandalkan
setting automatic focus, tapi pilihlah titik fokus tertentu. Bila subjek
bergerak, maka gunakanlah continuous AF sehingga auto focus bisa mengikuti subjek.
Untuk memastikan fokusnya benar-benar telah terkunci, bisa dari suara “beep” atau lihat konfirmasi AF yang biasanya berbentuk bulatan atau kotak hijau di dalam jendela bidik / viewfinder.
Berkenaan dengan masalah shutter speed, untuk foto subjek yang
bergerak, butuh shutter speed yang cukup tinggi. Contoh: minimal 1/125
untuk foto orang berjalan. Kalau lebih rendah, foto akan kabur. Di
kondisi cahaya yang kurang baik, triknya adalah menaikkan nilai ISO,
sehingga shutter speed tinggi bisa dicapai.
Keterangan Foto #2: Untuk membekukan foto penari, saya
mengunakan setting AF-C (Nikon) / Ai Servo (Canon) supaya auto fokusnya
tetap terkunci pada penari tersebut meski bergerak dengan cepat. Lalu
saya juga mengunakan shutter speed yang cukup tinggi. Saya juga
mengunakan kompensasi ekposur untuk mengkompensasikan latar belakang
yang hitam pekat. Data Teknis: Aperture priority (Av) mode f/4, 1/200 detik, EC -1 1/3, AF-C, ISO 1250, 70mm.
DEPTH OF FIELD / KEDALAMAN FOKUS
Kedalaman fokus yang tipis membuat subjek lebih menonjol dan latar belakang menjadi blur sehingga berkesan artistik.
Untuk membuat efek seperti itu, saya pernah menulis artikel faktor-faktor yang menentukan latar belakang menjadi kabur.
WHITE BALANCE
Tips terakhir untuk artikel ini adalah menentukan setting WB / White
balance yang tepat dengan kondisi atau hasil yang ingin dicapai. Memang
di setiap kamera biasanya telah ada AWB atau Auto White Balance, tapi
sekali lagi, AWB sering kali tidak menerjemahkan kondisi lapangan dengan
baik atau tidak memahami keinginan kita.
Misalnya bila kondisi cahaya di lapangan mendung, maka pilihlah WB
cloudy (yang bergambar seperti awan). Kalau di bawah bayangan, pilih
Shade dan seterusnya. Kalau di dalam ruangan yang lampunya kuning, maka
pakailah WB tungsten (yang gambarnya seperti bola lampu).
Bila ingin foto terlihat lebih hangat (kekuningan/jingga), maka set
WB ke cloudy atau shade. Bila ingin foto terlihat lebih dingin /
kebiruan, maka pilihlah WB tungsten.
Untuk kamera yang canggih, kita bisa mengeset temperatur warna
sendiri dalam derajat Kelvin. Makin rendah makin biru, makin tinggi
makin kekuningan.
PENUTUP
Sebelum mengembangkan fotografi secara artistik, tentunya kita harus
menguasai hal-hal teknis terlebih dahulu. Maka itu, kita benar-benar
perlu sungguh-sungguh belajar dan berlatih.
Lalu saya perlu tekankan juga bahwa untuk menguasai hal-hal teknis,
tidak diperlukan kamera atau lensa yang canggih yang mahal. Asal
kameranya punya fungsi Manual dan semi otomatis seperti Aperture
priority atau Shutter priority, maka Anda bisa mempraktekkan
prinsip-prinsip fotografi diatas.
Banyak juga yang di bahas di artikel ini, semoga bisa dipahami dan selamat berlatih.
0 komentar:
Posting Komentar