BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks
dan kompetitif, menuntut setiap organisasi untuk bersikap lebih responsif agar
sanggup bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi tersebut,
maka diperlukan adanya perubahan individu. Proses menyelaraskan perubahan
organisasi dengan perubahan individu ini tidaklah mudah. Pemimpin sebagai
panutan dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang
paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari itu, organisasi memerlukan
pemimpin reformis yang mampu menjadi motor penggerak yang mendorong perubahan
organisasi.
Sampai saat ini, kepemimpinan masih menjadi topik yang
menarik untuk dikaji dan diteliti, karena paling sering diamati namun merupakan
fenomena yang sedikit dipahami. Fenomena gaya kepemimpinan di Indonesia
menjadi sebuah masalah menarik dan berpengaruh besar dalam kehidupan politik
dan bernegara. Dalam dunia medis, gaya kepemimpinan berpengaruh kuat terhadap
jalannya organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan
sangat strategis dan penting dalam sebuah organisasi sebagai salah satu penentu
keberhasilan dalam pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi. Maka dari
itu, tantangan dalam mengembangkan strategi organisasi yang jelas terutama
terletak pada organisasi di satu sisi dan tergantung pada kepemimpinan.
Menarik untuk dicatat bahwa
salah satu alasan mengapa munculnya kepemimpinan itu menjadi sebuah topik yang
cukup penting di sini karena didasarkan pada tradisi politik suatu negara.
Hampir semua negara barat yang mempraktikkan proses politik yang demokratis
memungkinkan setiap orang untuk mencapai posisi-posisi yang memiliki tanggung
jawab. Orang tersebut tidak memerlukan banyak kekayan, teman-teman pribadi,
atau tradisi kekeluargaan untuk memperoleh kekuasaan. Oleh karena itu, studi
tentang bagaimana orang-orang ini memperoleh posisi tersebut menjadi sangat
penting. Ada
dua isu yang sangat penting untuk didiskusikan yaitu pertama, berpusat pada
pertanyaan mengapa seseorang itu menginginkan untuk menjadi pemimpin dan kedua,
identifikasi apa saja yang harus dilakukan seseorang untuk memperoleh posisi
tersebut.
Sudah jelas bahwa
posisi pemimpin dapat memberikan keuntungan-keuntungan ekonomis yang lumayan.
Dalam beberapa organisasi/perusahaan, pemimpin puncak itu dapat menerima
penghasilan 10-15 kali lipat dari penghasilan para karyawan tingkat terbawah.
Dan masih ada lagi penghargaan-penghargaan lain untuk pemegang jabatan ini.
Makin tinggi jabatan seseorang dalam organisasi makin banyak input atau dampak
yang dimilikinya terhadap kebijaksanaan organisasi. Jadi banyak kemungkinan
munculnya perasaan keberhasilan dan kesuksesan yang lebih besar buat mereka
ini. Akan tetapi, harus diingat bahwa keinginan untuk menjadi pemimpinan saja
tidak cukup. Ada beberapa watak dan karakteristik yang lebih memungkinkan
seseorang untuk mencapai jabatan pemimpin.
Kepemimpinan adalah
proses yang sangat penting dalam setiap organisasi karena kepemimpinan inilah
yang akan menentukan sukses atau gagalnya sebuah organisasi. Jika perusahaan,
rumah sakit, universitas atau tim atletik mengalami kesuksesan, maka direktur,
rektor, atau pelatihlah yang memperoleh acungan jempol. Akan tetapi,
sebaliknya, jika terjadi kegagalan, mereka pulalah yang memperoleh teguran,
kritik, atau bahkan diganti. Jadi salah satu elemen pokok yang menjadi
perhatian setiap organisasi yaitu bagaimana caranya untuk menarik, melatih atau
mempertahankan orang – orang yang akan menjadi pemimpin –
pemimpin yang efektif.
Begitu pentingnya
peran kepemimpinan dalam sebuah organisasi menjadi fokus yang menarik perhatian
para peneliti bidang perilaku keorganisasian. Bass (1990) menyatakan bahwa
kualitas dari pemimpin sering kali dianggap sebagai faktor terpenting yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi. Schein (1992), Nahavandi
& Malekzadeh (1993) serta Kouzes & Posner (1987) juga menyatakan bahwa
pimpinan mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan organisasi. Porter
(1996) dalam Sunarsih (2001). Green Berg dan Baron (2000 : 444) dalam Sunarsih
(2001) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu unsur kunci dalam
keefektifan organisasi.
Organisasi
membutuhkan seorang pemimpin, sebab pemimpin itulah sosok penggerak dan
inspirator dalam merancang dan mengerjakan kegiatan. Pemimpin tidak hanya
seorang
manajer, ia juga harus seorang
pembangun mental, moral spirit, dan kolektivitas kepada jajaran bawahannya.
Seorang pemimpin seyogyanya tidak hanya menggunakan aturan tertulis, tapi juga
sikap perilaku, sepak terjang, dan keteladanan dalam melakukan agenda
transformasi kearah yang lebih baik.
Pemimpin atau
kepemimpinan merupakan variabel yang erat kaitannya dengan tugas manajer.
Manajer diharapkan mampu memimpin organisasinya dengan baik. Meskipun demikian
pemimpin dengan manajer mempunyai pengertian yang berbeda. Seorang manajer yang
baik belum tentu merupakan pemimpin yang baik, dan sebaliknya. Idealnya,
manajer yang baik juga merupakan pemimpin yang baik.
Manajer adalah
seorang yang mempunyai wewenang untuk memerintah orang lain. Seorang manajer
dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawabnya menngunakan bantuan orang
lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, ia perlu
memimpin pegawai, karyawan, pekerja, atau apapun sebutannya. Tidak setiap orang
yang ditunjuk menjadi pemimpin bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik.
Selain itu, tidak setiap pemimpin dapat menjadi pemimpin yang baik.
Banyak pendapat yang
berbeda – beda tentang apa yang dimaksud dengan pemimpin yang baik. Demikian
juga tentang apa yang menjadi kewajiban setiap pemimpin. Namun demikan,
dapat diambil inti persamaanya, yaitu bahwa setiap pemimpin mempunyai kewajiban
untuk mencapai tujuan organisasi/institusi dan memberi perhatian terhadap
kebutuhan pegawai bawahannya.
Kepemimpinan
memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen organisasi. Kepemimpinan
dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan-keterbatasan tertentu pada diri
manusia. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin. Kepemimpinan
didefinisikan ke dalam ciri-ciri individual, kebiasan, cara mempengaruhi orang
lain, interaksi, kedudukan dalam oragnisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang
sah.
Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias
(David, Keith, 1985). Menurut Veitzhal Rivai (2004), kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi atau memberi contoh kepada pengikut-pengikutnya lewat proses
komunikasi dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Achmad Suyuti (2001)
yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing dan
mempengaruhi pikiran, perasaan, tindakan dan tingkah laku orang lain untuk
digerakkan ke arah tujuan tertentu.
B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui konsep dasar kepemimpinan.
2.
Untuk mengetahui pengertian dari tipe kepemimpinan otokratis.
3.
Untuk mengetahui ciri-ciri dari kepemimpinan otokratis.
4.
Untuk mengetahui tipe kepemimpinan otokratis menurut para ahli.
5.
Untuk mengetahui perilaku pemimpin otokratik.
6.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan serta untung rugu tipe kepemimpinan
otokratik.
C. Manfaat
Adapun manfaat dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak manajemen kampus maupun rumah
sakit dalam melakukan strategi yang tepat untuk dapat meningkatkan kinerja dan
kepuasan kerja karyawannya terutama dengan menggunakan gaya kepemimpinan dan menciptakan
komitmen organisasi dengan tepat.
2. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat melengkapi bahan penelitian selanjutnya dalam
rangka menambah khasanah akademik sehingga berguna untuk pengembangan ilmu,
khususnya bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.
BAB II
I.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi
kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti bimbing
atau tuntun, dengan begitu di dalam terdapat dua pihak yaitu yang dipimpin
(rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe” menjadi
“pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui
proses kewibawaan kominikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu. Dan setelah ditambah akhiran “an” menjadi
“pimpinan” artinya orang yang mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan “ke”
menjadi “kepemimpinan” (leadership) berarti kemampuan dan kepribadian
seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakuakan tindakan
pencapaian tujuan bersama, sehingga dengan demikian yang bersangkutan menjadi
awal struktur dan pusat proses kelompok (Inu Kencana, 2003). Jadi kepemimpinan
adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Miftah, 1997).
Kepemimpinan
diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi sejumlah orang agar
secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan terarah pada pencapaian
tujuannya (Nawawi dan M. Martin, 1995).
Seiring dengan
pengertian di atas, pemimpin adalah orang yang mempunyai wewenang dan hak untuk
memepengaruhi orang lain, sehingga mereka berprilaku sebagaimana yang
dikehendaki oleh pemimpin tersebut melalui kepemimpinannya.
Bass (2008), Bass
dan Stogdill (1990) serta Nonthouse (2012) dengan kemampuannnya telah mencatat
bahwa ada beragam defenisi kepemimpinan, mereka hanya sebagian orang yang telah
memberi arti defenisi dalam konsep.
Menurut sejarah,
kepemimpinan telah dipertimbangkan untuk menjadi watak kepribadian, pemimpin
dilahirkan, dan tidak dibuat. Tindakan mempengaruhi orang lain, mengajak,
mengacu pada orang lain, dan orang yang fokus dalam proses kelompok kemudian
menjadi gaya yang bisa menjadi dasar dalam sebuah kepribadian, serta dapat
berpikir sosial.
Gulliani dan Kurson
(2007) mencatat bahwa pemimpin tidak semudah yang dilihat, mereka berfikir,
belajar, dan menjadi pengemban. Hesselbein dan Cohen (1999) menyatakan bahwa
pemimpin harus menjadi penengah dan pemersatu, mereka harus membangun
jembatan dan sukses menampung usaha-usaha dari para pengikutnya. Maka
dari itu, mereka menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah persoalan
bagaimana menjadi bukan apa yang dilakukan. Secara jelas, defenisi dari
kepemimpinan merupakan gabungan dari beberapa karakteristik (Welford,2002).
Kepemimpinan adalah
kemampuan memberi inspirasi kepada orang lain untuk bekerja sama sebagai suatu
kelompok, agar dapat mencapai suatu tujuan umum. Pengertian lain mengenai
kepemimpinan adalah segala hal yang bersangkutan dengan pemimpin dalam hal
menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan orang lain agar melaksanakan tugas
dan mewujudkan sasaran yang ditetapkan (LAN RI : 1996).
Menurut Robbins
(1993) kepemimpinan itu didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
memengaruhi sebuah kelompok menuju kepada pencapaian tujuan kelompok tersebut.2
Kepemimpinan adalah
penggunaan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain untuk
melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya (Sullivan
& Decker, 1989).
Kepemimpinan
merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat (motivasi) orang lain agar
bersedia dan memiliki tanggung jawab penuh terhadap usaha mencapai atau
melampaui tujuan organisasi (Goetsch & Davis).
Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar mereka
mau berbuat dan berprilaku sebagaimana yang diharapkan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan (Pusdiklat Kesehatan Depkes RI, 1999).
Kepemimpinan
merupakan interaksi antar kelompok dan proses mempengaruhi kegiatan suatu
organisasi dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah proses interpersonal yang
mempengaruhi kegiatan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan.
Berdasarkan
pandangan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain
agar dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan dalam
keperawatan merupakan kemampuan dan keterampilan seorang pemimpin perawat dalam
mempengaruhi perawat lain dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga
tujuan keperawatan tercapai.
Kata kuncinya adalah
kepemimpinan melekat kepada masing-masing individu, sesuai dengan tingkat
kepemimpinannya. Setiap orang adalah pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri.
Kepemimpinan
sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab
sekaligus amanah yang amat berat dan harus diemban sebaik-baiknya.
B. Fungsi Kepemimpinan Dan Tugas Pimpinan
Yaitu fungsi yang
dilaksanakan oleh pemimpin di lingkungan kelompoknya agar secara operasional
berhasil guna. Seorang pemimpin mempunyai dua fungsi yaitu: fungsi yang
berkaitan dengan tugas dan fungsi sosial/pemeliharaan kelompok. Fungsi yang
berkaitan dengan tugas dapat meliputi pemberian perintah, pemberian saran
pemecahan dan menawarkan informasi serta
pendapat. Sedangkan fungsi pemeliharaan kelompok/fungsi sosial meliputi semua
hal yang membentuk kelompok dalam melaksanakan tugas operasinya untuk mencapai
tujuan dan sasaran. Sebagai suatu misal persetujuan dengan kelompok lain,
menengahi ketidaksepakatan kelompok dan sebagainya. Pemimpin yang berhasil
menjalankan kedua fungsi tersebut dengan baik adalah pemimpin yang berhasil.
C. Teori Dasar Dalam Kepemimpinan
Teori-teori yang membahas
kepemimpinan dapat dirangkum dalam tiga macam yaitu :
a.
Teori Bakat
Teori bakat berusaha
mengidentifikasi karakteristik pribadi dari seorang pemimpin.
Teori ini menekankan
bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin dibawa sejak lahir bukan
didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka
lebih baik dari orang lain. Teori ini disebut dengan “Great Man Theory”.
Banyak penelitian tentang riwayat kehidupan Great Man Theory. Tetapi
menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan
hanya dari pembawaan sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan dampak atau
pengaruh dari siapa yang mengasuh, situasi dan lingkungan lainnya.
Teori ini
mengidentifikasi karakteristik umum tentang intelegensi, personaliti, dan
kemampuan (perilaku). [13]
b.
Teori Perilaku
Teori perilaku
kepemimpinan memfokuskan pada perilaku apa yang dipunyai oleh pemimpin, yang
membedakan dirinya dari non-pemimpin.
Teori perilaku lebih
menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manager
menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari
sebuah perilaku otoriter ke demokratik atau fokus suatu produksi ke fokus
pegawai.
Menurut Vestal
(1994) teori perilaku ini dinamakan dengan gaya kepemimpinan seorang manager
dalam suatu organisasi.
c.
Teori Situasi
Penelitian-penelitian
terdahulu yang mencoba melihat karkteristik dan gaya kepemimpinan tidak dapat
menemukan karakteristik atau gaya yang berlaku untuk semua situasi. Situasi
dengan demikian memainkan peranan penting dalam efektifitas kepemimpinan.
D. Kriteria Pemimpin
Dalam mencari
sifat/kriteria kepemimpinan yang dapat diukur, para peneliti mengambil dua
pendekatan yaitu :[15]
1.
Membandingkan sifat orang yang tampil sebagai pemimpin dengan orang yang tidak
menjadi pemimpin.
2.
Membandingkan sifat pemimpin efektif dengan pemimpin yang tidak efektif.
Dari daftar
kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, paling sedikit ia harus
mampu untuk memimpin para pegawai/bawahan untuk mencapai tujuan institusi dan
harus mampu untuk menangani hubungan antarkaryawan (interpersonal relations).
Pemimpin yang berkualitas harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.
Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
2.
Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau persepsi introspektif.
3.
Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas
4.
Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi.
RL Khan mengemukakan
bahwa seorang pemimpin menjalankan pekerjaanya dengan baik jika :
1.
Memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya.
2.
Menyusun jalur pencapaian tujuan.
3.
Menghilangkan hambatan-hambatan pencapaian tujuan.
4.
Mengubah tujuan karyawan sehuingga tujuan mereka bisa berguna secara
organisatoris.
E. Peranan Pemimpin
Selanjutnya peranan
seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai
berikut :
1.
Sebagai pelaksana (executive).
2.
Sebagai perencana (planner).
3.
Sebagai seorangahli (expert).
4.
Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group
representative).
5.
Sebagai pengawas hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of
internal relationship).
6.
Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and
punishments).
7.
Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator).
8.
Merupakan bagian dari kelompok (exemplar).
9.
Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group).
10 Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for
individual responsibility).
11. Sebagai pencipta/memiliki
cita-cita (ideologist).
12. Bertindak
sebagai seorang ayah (father figure).
13. Sebagai
kambing hitam (scape goat).
F. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
1.
Karateristik pribadi
Karakter pimpinan keperawatan
sangat berpengaruh terhadap proses kepemimpinan yang dijalankannya. Berikut
adalah beberapa karakter kepemimpinan keperawatan yang efektif sebagai berikut
:
a.
Jujur
b.
Terbuka
c.
Terus Belajar
d.
Enterpreuner (Wira Usaha)
e.
Disiplin
f.
Intelegen
2. Kelompok yang dipimpin
Keberhasilan seorang pemimpin
dalam menjalankan organisasinya dipengaruhi oleh kelompok yang dipimpinnya.
Semakin besar kelompok yang dipimpin semakin sulit menjalankan kepemimpinan.
Oleh karena itu, agar memudahkan proeses kepemimpinan maka perlu dilakukan
pembagian tugas kepemimpinan kepada unit-unit atau tim.
3. Situasi yang dihadapi
Beberapa situasi ruang perawatn
berikut ini akan mempengaruhi proses kepemimpinan dalam pelayanan asuhan
keperawatn yaitu :
a.
Kemampuan dan pengalaman aggota
b.
Peraturan dan kebijakan rumah sakit.
Dalam melaksanakan
aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981),
yaitu :
1. Kepribadian
(personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup
nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan
gaya kepemimpinan.
2. Harapan
dan perilaku atasan.
3. Karakteristik,
harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan
tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5.
Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6.
Harapan dan perilaku rekan.
G. Gaya Dan Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan
yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada
dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. 11
Gaya kepemimpinan
pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari
seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan
tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh
Davis dan Newstrom (1995) yang menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara
keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan. Gaya
kepemimpinan mewakili filsafat, ketrampilan, dan sikap pemimpin dalam politik.
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan
tertentu (Heidjrachman dan Husnan, 2002:224). Sedangkan menurut Tjiptono
(2001:161), gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam
berinteraksi dengan bawahannya. Pendapat lain menyebutkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari
seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain (Hersey, 2004:29).
Gaya kepemimpinan
cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda yang dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa aspek, yaitu :
1.
Aspek Prilaku :
a.
Kepemimpinan positif
b.
Kepemimpinan negaip
2.
Aspek Kekuasan dan Wewenang :
a.
Otoriter (otokratik)
b.
Demokratis
c.
Partisipatif
d.
Bebas tindak (Laissez Faire).
Gaya kepemimpinan
adalah pendekatan dan ragam seorang leader dalam memberikan arahan,
implementasi rencana dan bagaimana memotivasi anak buahnya. Kurt Lewin (1939)
yang memimpin sekelompok peneliti mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang
berbeda-beda.
Studi awal ini
sangat berpengaruh dan telah merumuskan tiga gaya kepemimpinan utama. Menurut
U. S Army Handbook, ada tiga gaya kepemimpinan utama yaitu :
1.
Otoriter atau otokratis.
2.
Partisipasi atau demokrat.
3.
Delegatif atau pemerintahan bebas.
Di lain pihak,
Gilles mengemukakan ada empat gaya kepemimpinan yaitu otokratis, demokratis,
partisipatif, dan laissez faire.
Selain beberapa gaya
kepemimpinan di atas, ada pula beberapa gaya kepemipinan yang lain yaitu :
1.
Gaya / tipe militeristik.
2.
Gaya / tipe paternalistik.
3.
Gaya / tipe karismatik.
Selain itu, dalam
buku Creative Edge, William C Miller menguraikan lima gaya kepemimpinan, yaitu
:
1.
Memerintah (tell)
2.
Membujuk (sell)
3.
Berkonsultasi (consult)
4.
Meminta partisipasi (participative)
5.
Mendelegasikan (delegate).5
Blake dan Moutin
(1964,1978) mengembangkan managerial grid dan sering menggunakannya dalam
kepemimpinan keperawatan. Managerial grid memiliki lima gaya dasar kepemimpinan
dalam sebuah kombinasi untuk kepentingan produksi dan kepentingan orang. Skala
untuk setiap komponen berubah dari 1 (rendah) ke 9 (tinggi). Lima gaya
kepemimpinan di gambarkan sebagai berikut :
1.
Authority-Obedience / kepatuhan
Pemimpin berasumsi
bahwa sebuah kekuatan posisi didapatkan dengan mengatur kondisi pekerjaan
secara efektif dan mengurangi mengintervensi bagian manusia secara minimal.
2.
Tim
Orang di komisi
untuk menyelesaikan sebuah tugas, anggota kelompok saling berhubungan dan stiap
orang mengambil andil umum. Hubungan kepercayaan, menghormati dan persamaan
adalah keadaan dalam bekerja.
3.
Kelompok Rekreasi
Pemimpin membayar
dengan penuh perhatian untuk mendapatkan anggota kelompok dan menjaga kenyamanan,
suasana persahabatan dan tempo pekerjaan.
4.
Miskin dan Lemah
Pemimpin memberikan
usaha minimal dalam menyelesaikan kewajiban bekerja.
5.
Organisasi Manusia (jalan Tengah)
Pemimpin
menyeimbangkan perilaku yang berhubungan dengan tugas dengan cara mengatur
moral dari anggota kelompok pada sebuah level yang menyenangkan / kepuasan.
Menurut Follet
(1940), gaya didefinisikan sebagai hak istimewa yang tersendiri.
Menurut para ahli terdapat
beberapa gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara
lain :
a.
Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau Dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut,
gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui titik ekstrim yaitu kepemimpinan
berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan.
b.
Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya
kepemimpinan dalam empat sistem yaitu :
Sistem 1,
otoritatif dan eksploitif :
Manajer membuat semua
keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk
melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan
oleh manajer.
Sistem 2,
otoritatif dan benevolent:
Manajer tetap
menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk memberikan komentar
terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan.
Sistem 3,
konsultatif:
Manajer menetapkan
tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan
dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri
tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi
bawahan daripada ancaman hukuman.
Sistem 4,
partisipatif :
Adalah sistem yang
paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya
berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh
kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan
setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk
memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan
ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan
dan penting.
c.
Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X Dan Teori Y
Dari teori ini, gaya
kepemimpinan dibedakan menjadi empat yaitu:[22]
1.
Gaya kepemimpinan diktator
2.
Gaya kepemimpinan autokratis
3.
Gaya kepemimpinan Demokratis
4.
Gaya kepemimpinan santai.
d.
Gaya Kepemimpinan Menurut Robert House
Berdasarkan teori motivasi
pengharapan, Robert House mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu :
1.
Directive
2.
Supportive
3.
Participative
4.
Achievement oriented
e.
Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey Dan Blanchard
Ciri –ciri gaya kepemimpinan
menurut Hersey dan Blanchard meliputi :
1.
Instruksi
2.
Konsultasi
3.
Partisipasi
4.
Delegasi. 11
W.J. Redding dalam
atikelnya “What Kind of Manager” menentukan watak dan tipe pemimpin atas tiga
pola dasar, yaitu :
- berorientasi tugas (task
orientation)
- berorientasi hubungan kerja
(relationship orientation)
- berorientasi hasil yang
efektif (effective orientation)
Berdasarkan
penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan delapan tipe
kepemimpinan, yaitu : [23]
1.
Tipe deserter (pembelot)
2.
Tipe borokrat
3.
Tipe misionaris
4.
Tipe developer (pembangun)
5.
Tipe oktokrat
6.
Tipe Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)
7.
Tipe copromis
8.
Tipe eksekutif.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.tugasku4u.com/2013/06/makalah-kepemimpinan.html
http://www.tugasku4u.com/2013/06/makalah-kepemimpinan.html
0 komentar:
Posting Komentar