JAKARTA – Tingkat kejahatan dunia maya atau cyber crime (malware) di Indonesia semakin memprihatinkan dan sudah menjadi masalah yang serius dalam beberapa tahun terakhir ini.
Tony Seno Hartono, National Technology Officer Microsoft Indonesia dalam seminar mengenai pentingnya pengamanan komputasi awan dari serangan kejahatan dunia maya di Jakarta, kemarin mengatakan, Indonesia tergolong negara yang menjadi incaran serangan malware.
“Indonesia selalu masuk dalam posisi tertinggi dalam tingkat kejahatan di dunia maya,” kata Tony Seno Hartono menjawab pertanyaan Okezone, Selasa (20/5/2014).
Menurutnya, dalam hal ini, negara pesaing utama yang selalu menjadi serangan malware adalah China.“Kalau tidak peringkat satu ya kedua, selalu begitu berganti-gantian,” jelas Tony menambahkan.
Meningkatnya serangan malware di Indonesia ini, kata Tony mulai terdeteksi sejak 2011, dimana Tim Indonesian Security Response mencatat, sekira satu juta serangan dunia maya diarahkan ke Indonesia setiap harinya.
Kebanyakan dari serangan ini dalam bentuk malware dan phising, terutama ditujukan pada sistem informasi lembaga keuangan dan pemerintahan. Apalagi akibat serangan malware itu, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk membenahi kejahatan dunia maya, miliaran bahkan triliunan rupiah.
Sementara menurut Keshav S. Dhakad, Regional Director, IPR & Digital Crimes Unit, berdasarkan data Norton pada 2013, 12 orang menjadi korban kejahatan dunia maya setiap detiknya, membuat korban hampir 400 juta orang setiap tahun, dan merugikan konsumen sekira USD113 miliar (sekira Rp1.243 triliun).
Kesyav juga menambahkan, melalui sebuah studi bersama, yang dilakukan oleh IDC, national university of singapure (NUS), dan perusahaan di asia pasific (APAC) memperkirakan kerugian yang diterima mencapai hampir USD230 miliar (sekira Rp2.530 triliun) pada 2014 untuk menangani masalah yang disebabkan oleh malware yang sengaja dimasukan ke dalam software bajakan.
Tony Seno Hartono, National Technology Officer Microsoft Indonesia dalam seminar mengenai pentingnya pengamanan komputasi awan dari serangan kejahatan dunia maya di Jakarta, kemarin mengatakan, Indonesia tergolong negara yang menjadi incaran serangan malware.
“Indonesia selalu masuk dalam posisi tertinggi dalam tingkat kejahatan di dunia maya,” kata Tony Seno Hartono menjawab pertanyaan Okezone, Selasa (20/5/2014).
Menurutnya, dalam hal ini, negara pesaing utama yang selalu menjadi serangan malware adalah China.“Kalau tidak peringkat satu ya kedua, selalu begitu berganti-gantian,” jelas Tony menambahkan.
Meningkatnya serangan malware di Indonesia ini, kata Tony mulai terdeteksi sejak 2011, dimana Tim Indonesian Security Response mencatat, sekira satu juta serangan dunia maya diarahkan ke Indonesia setiap harinya.
Kebanyakan dari serangan ini dalam bentuk malware dan phising, terutama ditujukan pada sistem informasi lembaga keuangan dan pemerintahan. Apalagi akibat serangan malware itu, tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk membenahi kejahatan dunia maya, miliaran bahkan triliunan rupiah.
Sementara menurut Keshav S. Dhakad, Regional Director, IPR & Digital Crimes Unit, berdasarkan data Norton pada 2013, 12 orang menjadi korban kejahatan dunia maya setiap detiknya, membuat korban hampir 400 juta orang setiap tahun, dan merugikan konsumen sekira USD113 miliar (sekira Rp1.243 triliun).
Kesyav juga menambahkan, melalui sebuah studi bersama, yang dilakukan oleh IDC, national university of singapure (NUS), dan perusahaan di asia pasific (APAC) memperkirakan kerugian yang diterima mencapai hampir USD230 miliar (sekira Rp2.530 triliun) pada 2014 untuk menangani masalah yang disebabkan oleh malware yang sengaja dimasukan ke dalam software bajakan.
0 komentar:
Posting Komentar